Minggu, 13 November 2011

nilai tukar pendapatan petani karet


I. PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang
Luas lahan di desa “air sekamanak” yang berbeda menyebabkan perbedaan produksi usahatani karet, hal ini akan mempengaruhi masalah sosial-ekonomi masyarakat di daerah itu seperti penerimaan, perbedaan penerimaan ini nantinya akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya perbedaan penerimaan yang didapat maka kehidupan untuk memenuhi kebutuhan dari setiap keluarga petani akan berbeda-beda, dari perbedaan ini nantinya akan mempengaruhi nilai tukar pendapatan rumah tangga petani dalam hal ini kesejahteraan maupun pendapatan dari setiap keluarga petani.
1.2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1.                  Berapa besar nilai tukar pendapatan rumah tangga petani karet rakyat di Desa Air Sekamanak Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara?
2.                  Berapa besar pendapatan yang diterima dari usahatani karet rakyat di Desa Air Sekamanak Kecamatan Ketahun kabupaten bengkulu Utara?
3.                  Berapa besar nilai tukar pendapatan rumah tangga petani karet rakyat untuk mengetahui tingkat kesejahteraan di Desa Air Sekamanak Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara?
4.                  Bagaimanakah keadaan untung maupun rugi usahatani karet rakyat melalui analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga input pada usahatani karet?
4.3.            Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui seberapa besar nilai tukar pendapatan rumahtangga petani karet rakyat di Desa Air Sekamanak Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara?
2.      Mengetahui seberapa besar pendapatan dari usahatani karet rakyat di Desa Air Sekamanak Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara?
3.      Mengetahui kesejahteraan petani karet rakyat di Desa Air Sekamanak Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara melalui indikator nilai tukar pendapatan rumah tangga petani karet?
4.      Mengetahui keadaan usahatani karet rakyat melalui analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga input pada usaha tani karet?
II. METODE PENELITIAN
2.1.      Metode Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi pada penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu  di ”Desa Air Sekamanak” karena sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani karet.
2.2.      Metode Penentuan Responden
Populasi yang menjadi target penelitian ini rumah tangga petani yang tinggal di lokasi penelitian terpilih dan yang mempunyai pekerjaan pokok usahatani karet. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling. Sebagai strata adalah tingkat luas kepemilikan lahan. Petani yang lahan usahataninya di strata luas lahan yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok. Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk setiap strata adalah secara proporsional stratified random sampling, karena jumlah populasi bervariasi maka rumus yang digunakan adalah : 
    
    (Nazir 1998)
Selajutnya distribusi masing-masing strata digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
n          : Jumlah sampel
N         : Jumlah populasi
i           : Strata
s           : Varians
d          : Maksimum error yang dianggap dapat diterima
Pemilihan sampel dilakukan secara acak (random) menggunaan sistem undian tanpa pengembalian, Dengan demikian diharapkan dapat memberikan informasi yang mewakili kondisi riil di daerah penelitian. Berdasarkan metode yang ada, maka sampel penelitian ini adalah petani yang memiliki usahatani karet dengan luas lahan yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan sampel, maka perhitungan dengan menggunakan rumus stratified random sampling didapat sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian
No.
Strata (Ha)
Jumlah Populasi (orang)
Jumlah Sampel (orang)*
1
2
3
0.75 – 1.83
1.84 – 2.92
2.93 – 4.00
83
245
90
18
52
19
Jumlah
418
89
* : dihitung dengan menggunakan bound of error (B) sebesar 0,05
2.3.      Metode Analisis Data
2.3.1.   Analisis Nilai Tukar Pendapatan Rumah tangga Petani
Yt        =  Ypt  +  Ynpt
Et        =  Ept  +  Ekt

Keterangan :
Ypt      = Total pendapatan kotor dari usaha pertanian
Ynpt    = Total pendapatan kotor dari usaha non pertanian
Ept      = Total pengeluaran untuk usaha pertanian
Ekt      = Total pengeluaran untuk usaha non pertanian
t           = Bulan
Indikator Kesejahteraan petani
Dimana :
NTPRP    >     1          = kemampuan/daya beli baik (Sejahtera)
NTPRP    <     1          = kemampuan/daya beli belum baik (Belum sejahtera)                                                                                                           (Basuki et al dalam Sugiarto, 2008)

2.3.2.   Analisis Pendapatan Usahatani Karet

Pd = TR – TC                                                                (Soekartawi, 1995)
Dimana :
Pd = Pendapatan Usahatani (Rp/ha/bln)
   TR = Total Revenue (Rp/ha/bln)
   TC = Total Cost (Rp/ha/bln)



2.3.3.2.  Analisa sensitivitas usahatani karet
Tabel 2. Analisis Sensitivitas Terhadap Harga Input pada Biaya Variabel
Kondisi I
Kondisi II
Kondisi III
Kondisi IV
Harga Input naik 15%
Harga Input naik 20%
Harga Input naik 25%
Harga Input naik 30%

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1       Karakteristik Responden
Tabel 3. Karakteristik Petani Karet
Tabel 10. Karakteristik Petani karet di Desa Air Sekamanak
No
Uraian
Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%)
Rata-rata
1
Umur (Th)
 < 37
37 – 48
 > 48

36
28
25

40,45
31,46
28,09
41,49
2
Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)
 < 2  
2 – 3
 > 3

11
63
15

12,36
70,79
16,85
2,57
3
Luas Lahan (Ha)
<1.5
1,5-2,25
>2,25

3
67
19

3,37
75,28
21,35
2,1
4
Tingkat Pendidikan (Th)
SD       (1-6)
SMP    (7-9)
SMA  (10-12)

76
11
2

85,39
12,36
2,25
6,51
5
Pengalaman Usahatani Karet (Th)
< 14
14 – 18
> 18

7
46
36

7,87
51,69
40,45
17,69
Sumber            : Data Primer, 2010






3.2.1    Produksi, Penerimaan, Biaya dan Keuntungan
Tabel 13.  Rata – Rata Total Biaya Produksi Usahatani Karet Di Desa Air Sekamanak
Jenis Biaya
Biaya Bln Mei
(Rp/Ut/Bln)
Biaya Bln Juni
(Rp/Ut/Bln)
Biaya Variabel


a.       Biaya Herbisida
b.      Biaya Pupuk
c.       Biaya Tenaga Kerja
d.      Biaya Pengental
e.       Biaya Angkut
32.359,55
7.910,11
70.029,21
627,34
146.853,94
32.359,55
7.910,11
71.248,31
627,34
113.635,96
Biaya Tetap


a.        Biaya Penyusutan
b.       Biaya Pajak
52.042,68
1.596,91
52.042,68
1.596,91
Jumlah
311.419,74
279.420,86
Sumber : Data Primer Diolah, 2010


Tabel 14. Rata – Rata Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Karet Di Desa Air   Sekamanak
Jenis
Ut/Bln Mei
Ut/Bln Juni
Penerimaan (Rp)
2.257.110,11
2.224.538,20
Total Biaya (Rp)
311.419,74
279.420,86
Pendapatan (Rp)
1.945.690,37
1.945.117,34
Sumber : Data Primer Diolah, 2010

3.2.3.      Analisa  sensitivitas
Tabel 15. Perlakuan 15 persen terhadap Total Biaya Usahatani
Uraian
Total Nilai Produksi
Total Biaya Produksi
Keuntungan
Rp/Ut/Mei
Rp/Ut/Juni
Rp/Ut/Mei
Rp/Ut/Juni
Rp/Ut/Mei
Rp/Ut/Juni
Penerimaan
2257110.11
2224538.20
311419.74
279420.86
1945690.37
1945117.34
Total Biaya naik 15 %
2257110.11
2224538.20
404845.66
363247.12
1852264.45
1861291.08
Sumber : Data Primer Diolah, 2010
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap hasil usahatani jika ada sesuatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau pun keuntungan. Menurut Darwis (2009), langkah pertama adalah menentukan apakah suatu komoditas perlu diberikan perlindungan berupa penentuan harga minimum atau tidak. Hal ini dilakukan melalui analisis sensitivitas tingkat keuntungan usahatani komoditas yang bersangkutan. Jika dengan perlakuan tersebut keuntungan usahatani masih positif, maka komoditas tersebut belum perlu ditetapkan harga minimumnya. Sebaliknya, jika dengan perlakuan tersebut keuntungan usahatani menjadi negatif, maka komoditas tersebut perlu ditetapkan harga minimumnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan mencoba beberapa perlakuan sebesar 15, 20, 25 dan 30 persen melalui analisis sensitivitas untuk mengetahui apakah usahatani karet rakyat yang di usahakan oleh petani karet di Desa Air Sekamanak perlu diberi kebijakan berupa harga minimum.
Pada perlakuan 15 persen terhadap perubahan peningkatan pada harga input atau total biaya usahatani yang digunakan tidak menyebabkan kerugian karena dengan perlakuan tersebut keuntungan usahatani menghasilkan nilai yang positif artinya petani tidak mengalami kerugian apabila terjadi peningkatan pada biaya produksi sebesar 15 persen.

Tabel 19.  Rata – Rata Pengeluaran Rumah Tangga Petani Karet Di Desa Air Sekamanak
Jenis Pengeluaran
Biaya Bln Mei
(Rp/Bln)
Biaya Bln Juni
(Rp/Bln)
1. Pangan
446979.7949
429884.5517
2.   Non Pangan
a.       Pendidikan
b.      Listrik
c.       Kesehatan
d.      BBM
e.       Kredit Bank
f.       Kredit Motor
3.   Lain-lain (Dana Sosial)


257092.15
131137.098
15575.301
173373.053
35528.090
146573.034
75800.020

258536.24
132581.181
16120.507
174142.979
35528.090
146573.034
76963.203
               Jumlah
1282058.545
1270329.782
4. Pengeluaran Usahatani 
311419.741
279420.865
Total Pengeluaran Rumah Tangga
1593478.286
1549750.647
Sumber : Data Primer Diolah, 2010

Dari hasil penelitian di Desa Air Sekamanak mengenai pengeluaran rumah tangga petani karet rakyat berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa pengeluaran terbesar terletak pada pengeluaran pangan, yaitu sebesar Rp 446.979,79 /Bln pada bulan Mei dan sebesar  Rp 429.884,55 /Bln pada bulan Juni. Pengeluaran pangan di Desa Air Sekamanak sebagian besar ditunjukan untuk membeli beras karena makanan pokok di Desa Air Sekamanak adalah beras. Kemudian komposisi pengeluaran untuk bahan non makanan yang dikeluarkan  di Desa Air Sekamanak dikelompokan menjadi 7, diantaranya adalah pengeluaran untuk pendidikan, listrik, kesehatan, Bahan Bakar Minyak, kesehatan, kredit bank, kredit motor dan sosial. Pengeluaran rumah tangga untuk kategori lain-lain adalah pengeluaran yang bersifat tak terduga seperti dana sosial atau sumbangan, pada bulan Mei sebesar Rp 75.800,020 /Bln sedangkan pada bulan Juni sebesar Rp 76.963,203 /Bln. Masyarakat yang berada di Desa Air Sekamanak pada umumnya adalah suku jawa dengan kebiasaan gotong royong dan saling membantu sangat kuat, setiap adanya acara yang diadakan oleh salah satu warga maka mereka akan membantu baik bantuan berupa tenaga maupun materil berupa uang maupun barang seperti bahan pokok yang dibutuhkan. Pengeluaran yang terbesar diantara kelompok bahan non makanan adalah terletak pada Bahan Bakar Minyak, Desa Air Sekamanak merupakan Desa yang sulit untuk di jangkau dan masih kurangnya sarana transportasi berupa kendaraan umum yang ada. Oleh karena itu rata-rata masyarakat di Desa tersebut banyak menggunakan kendaraan mereka untuk berpergian. Pegeluaran rata-rata dalam melakukan proses usahatani di daerah penelitian sebesar Rp 311.419,741 /Bln pada bulan Mei sedangkan pada bulan Juni sebesar Rp  279.420,865 /Bln. Rata-rata total pengeluaran rumah tangga petani karet di daerah penelitian sebesar Rp 1.593.478,286 /Bln pada bulan Mei sedangkan pengeluaran pada bulan Juni sebesar Rp 1.549.750,647 /Bln.
Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani
Penanda kesejahtraan petani dengan NTP dapat didekati dengan berbagai cara sesuai dengan tingkat kebutuhan. Oleh karena itu sesuai dengan tujuan penelitian, maka penanda tingkat kesejahteraan petani dengan konsep “Nilai Tukar Pendapatan Rumah tangga Petani (NTPRP)”. Penanda tersebut aalah merupakan ukuran kemampuan rumah tangga petani didalam memenuhi kebutuhan subsistennya. Konsep kebutuhan subsisten disebut juga dengan Nilai Tukar Subsisten (Subsistences Term of Trade). Sedangkan menurut konsep Biro Pusat Statistik yang diformulasikan sebagai Nilai Tukar Subsisten (NTS) mendifisikan bahwa nilai tuukar pendapatan baru memasukkan semua usaha pertanian, namum belum memasukan kegiatan berburuh tani dan sektor non pertanian yang cukup besar memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani (muchjidin et al dalam sugiarto, 2008). Oleh karena itu menurut Muchjidin et al. (2000); Riyanto Basuki et al. (2001), simatupang et al. (2007), bahwa konsep “Nilai Tukar Pendapatan Ruumah tangga Petani (NTPRP)” didifinisikan merupakan nisbah antara pendapatan total rumah tangga pertanian merupakan penjumlahan dari seluruh nilai hasil produksi komoditas pertanian yang dihasilkan petani, nilai dari berburuh tani, nilai hasil produksi usaha nonpertanian, nilai dari berburuh nonpertanian, dan lainnya. Sedangkan pengeluaran petani merupakan penjumlahan dari pengeluaran untuk konsumsi rumah tanga dan pengeluaran untuk biaya konsumsi (Sugiarto, 2008)
Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani atau Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan hubungan antara hasil pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa lain yang dibeli oleh petani. Secara konsepsional nilai tukar petani adalah mengukur kemampuan tukar barang-barang (produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah tangga petani dan keperluan dalam memproduksi barang-barang pertanian, pengertian lain dari nilaitukar pendapatann rumah tangga petani ialah nisbah antara penerimaan total rumah tangga dengan pengeluaran total rumah tangga.
Tabel 20. Rata – Rata Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani Usahatani Karet Di Desa Air   Sekamanak
Jenis
Bln Mei
Bln Juni
Total Penerimaan Rumah Tangga (Rp)
2275924.719
2241049.438
Total Pengeluaran Rumah Tangga (Rp)
1593478.286
1549750.647
NTPRP
1.428
1.446
Sumber : Data Primer Diolah, 2010 (Lampiran 15)

            Pada Tabel 19 diketahui rata-rata Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani di Desa Air Sekamanak Meningkat yaitu sebesar 1,43 pada bulan Mei menjadi 1,45 pada bulan Juni. Besarnya nilai tukar pendapatan rumah tangga petani dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani. Apabila nilai tukar pendapatan rumah tangga petani lebih besar dari satu (1) maka dapat di kategorikan rumah tangga itu sejahtera dan apabila nilai tukar pendapatan rumah tangga petani itu kurang dari satu (1) maka dikategorikan belum sajahtera (Basuki et al dalam Sugiarto, 2008). Hal ini menandakan bahwa rata-rata petani yang melakukan usahatani karet memiliki tingkat kesejahteraan yang baik atau sejahtera.
                            Pada bulan Mei rata-rata Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani di daerah penelitian sebesar 1,43 sedangkan pada bulan Juni sebesar 1,45 hal ini menandakan bahwa di kedua bulan itu masyarakat petani didaerah penelitian termasuk kedalam kategori sejahtera. Pada bulan Mei dan Juni inilah merupakan bulan tidak penghujan, sehingga petani karet tidak mengalami kesulitan dalam melakukan proses usahataninya.

IV  KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.      Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet di Desa Air Sekamanak Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara yang diperoleh berdasarkan dari hasil penelitian adalah sebesar 1,43 pada bulan Mei dan sebesar 1,45 pada bulan Juni.
2.      Rata – rata pendapatan petani usahatani karet rakyat di daerah penelitian adalah sebesar Rp 1.945.690,37 Ut/Bln pada bulan Mei sedangkan rata-rata pendapatan pada bulan Juni sebesar Rp 1.945.117,34  Ut/Bln.
3.      Tingkat kesejahteraan di daerah penelitian berdasarkan Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani Karet di Desa Air Sekamanak Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebesar 1,42 pada bulan Mei dan sebesar 1,44 pada bulan Juni, Hasil ini menunjukkan bahwa pada bulan Mei dan Juni masyarakat petani karet rakyat di daerah penelitian selama bulan itu tergolong kedalam tingkat sejahtera.
4.      Dari hasil analisis sensitivitas bahwa harga karet tidak perlu diberikan perlindungan terhadap harga output berupa harga penetapan harga minimum karena dari perlakuan yang dilakukan sebesar 30, 25, 20 dan 15 persen keuntungan usahatani masih bernilai positif.
4.2.      Saran
  1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan petani di daerah penelitian masih dapat ditingkatkan, maka dari itu melalui program Pemerintah Daerah memberikan bantuan – bantuan yang bermanfaat baik berupa pembangunan sarana dan prasarana untuk kelancaran usahatani.
  2. Kepada pemerintah khususnya Dinas Pertanian agar memberikan penyuluhan pertanian secara rutin khususnya tentang budidaya karet kepada petani sehingga petani bisa mengetahui bagaimana penggunaan faktor produksi yang lebih baik dan benar.